Hidup adalah Kualitas

Selasa, 21 Juli 2020

BELAJAR, BELAJAR, DAN PRAKTEK
Hari ini dan juga besok adalah waktu dimana saya harus duduk belajar, memahami proses yang terjadi dalam masalah tubuh manusia. Tentu saja akan membahas masalah INPUT - SISTEM - OUTPUT. Belajar dengan UHM sungguh menyenangkan, teori yang tidak rumit, bahasan yang disederhanakan, lalu PRAKTEK, dan hasil terlihat. Alhamdulillah, Allah SWT berkenan mempertemukan saya dengan beliau.
Kami tidak mempergunakan nama ilmiah sebagai dasar penyembuhan, namun lebih pada proses sistem yang menyimpang dari tubuh yang diperbaiki. Kelas hari ini yang membahas permasalahan pada anak anak, yang biasa disebut dunia medis dengan CEREBAL PALSY (CP), SPEECH DELAY, JANTUNG BOCOR (JB), DOWN SYNDROM (DS), HERNIA, AUTIS, telah diterangkan dengan jelas sekaligus membawa pasien dengan praktek langsung dalam menanganinya. Biidznillah, semua permasalahan ditangani sesuai penjelasan UHM dan mengalami perubahan.
Pasien pasien ini ada yang sudah mengalami pencarian penyembuhan selama bertahun tahun, ada juga yang menemukan dalam waktu singkat. Kiranya Allah SWT menguji keimanan dan kesabaran kita. Saya ingat beberapa waktu lalu ada teman menanyakan kesediaan saya untuk mencoba membantu anak Speech Delay, dan Autis. Bahkan sebelumnya ibu dari pulau Rupat dengan anak berusia 10 tahun dengan deteksi punggung skoliosis juga menghubungi. Kadang saya melihat proses pengujian ilmu itu luar biasa, Allah SWT kirimkan langsung pasiennya.
Semoga Allah SWT meridhoi ilmu dan penerapannya. Terima kasih pada UHM yang memberi ilmu yang luar biasa ini, solusi jantung bocor, cerebal palsy, speech delay, DS, Autis, dan jenis lainnya dengan tanpa alat, tanpa obat dan tanpa operasi, terlebih lagi tanpa jimat
Belajar, Belajar, Praktek, dan Luar Biasanya Guru
Hari ini berlanjut dengan belajar bersama gurunda UHM. Hal-hal yang mencengangkan terus berlanjut. Satu hal yang mengejutkan, ketika logic therapy dijelaskan dari sisi siklus dan proses peredaran darah (masuknya O2 dan dibuangnya CO2). Ada urusan di arteri, kapiler (syaraf), vena dan jantung. Kalau bayi lebih luar biasa lagi, karena saat di dalam menggunakan placenta, dan ketika di luar bisa bernafas dengan paru paru. Sungguh Allah SWT membuat proses yang luar biasa sebagai tanda kebesaran Nya.
Pembuangan CO2 yang terganggu berakibat pada penyakit kulit, dan penutupan 'celah kecil' yang berakibat pada masalah yang kebanyakan orang menyebutnya sebagai 'Jantung bocor'. Masih ada case lain, hydrocepalus, micro cepalus, kejang, amandel, epilepsi. Gurunda menyampaikan dengan sangat baik dasar-dasar pemeriksaan hingga pengambilan keputusan. Tentu antara pasien dewasa dan bayi ada treatment yang berbeda.
Gurunda sangat menghormati pasien, bukan hanya simpati yang beliau berikan melainkan hingga empati. Tak jarang ketika menjelaskan kondisi kondisi tersebut, sambil mempraktekkan kondisi pasien, dari situ analisis dilakukan sambil kembali memeriksa titik - titik yang sudah ditentukan. Beliau menegaskan, bahwa fokus pada penyimpangan di pasien akan menentukan treatment apa yang cocok buat pasien.
Luar biasanya gurunda, di sesi penghujung, saya pun menitikkan air mata. Betapa tidak, saat itu beliau memanggil putra putra nya. Beliau berkisah, saat bermukim di luar negeri anak pertama mengalami kejang di umur mulai 6 bulan. Sebagai seorang yang terpelajar, pengobatan dilakukan, anak diberikan obat anti kejang. Lalu berlanjut hingga umur anak masuk dalam hitungan tahun dengan frekuensi yang ditentukan dokter disana. Dalam satu kesempatan, gurunda menggunakan sendok untuk mengaduk minuman. Tidak lama kemudian beliau pusing tidak menentu. Selidik punya selidik ternyata sendok yang digunakan adalah sendok bekas obat anti kejang. Saat itu ada pemikiran terkait efek dari obat tersebut. Sehingga anak selanjutnya tidak menggunakan obat tersebut.
Pencarian gurunda pada teknik pengobatan, kiranya Allah SWT kabulkan, dengan durasi belasan tahun. Kemanfaatan yang kami peroleh hanyalah atas kehendak Allah SWT jua dan bila mengingat perjalanan beliau mencari 'teknik' pengobatan ini bukanlah waktu yang sebentar dengan banyak pengorbanan. Ditambah lagi, beliau selalu mengingatkan untuk memberikan manfaat sebanyak-banyak bagi umat. Sungguh, kami hanyalah penerima 'resume perjalanan' sehingga menjadi lebih sederhana. Sesungguhnya kehebatan itu milik Allah SWT semata, dan kehebatan itu diterjemahkan sebagai Semua Kerumitan yang DAPAT DISELESAIKAN DENGAN CARA SEDERHANA ATAS KEHENDAK ALLAH SWT.
Semoga perjalanan semua ini menjadi amal ibadah kami, juga bagi gurunda (ILMU YANG BERMANFAAT), dan semua kita dijauhkan dari SIFAT SOMBONG. Kesembuhan HANYA DARI ALLAH SWT semata.
PERTEMUAN ITU
Dalam perjalanan ke Bandung, sebelum masa pandemi COVID-19, di dalam masa menunggu kedatangan dari mbak merupakan masa yang begitu menguntungkan. Hari itu, di lobby hotel dekat STPDN, setelah bertegur sapa ringan dengan seseorang akhirnya menjadi perbincangan yang bermanfaat. Saya mengenal sebuah kata baru SEFT. Sebuah terapi yang berbasis pada masalah spiritual dan emosional. Cara pandang lain, sebab timbulnya penyakit. Hingga akhirnya saya memutuskan mengambil SEFT sebagai salah satu alternatif terapi.
Jakarta, dalam masa pandemi, adalah saksi sejarah bagi saya dimana saat itu saya masuk sebagai peserta SEFT. Alhamdulillah, Allah SWT melindungi. Kenekatan yang cuma berpasrah pada Allah SWT semata untuk keselamatan.
SEFT memahami system energy tubuh sebagai PEMICU (Ingatan) - PROSES ANTARA (gangguan energy) - DAMPAK (emosi negatif). Penelitian ilmiah memberikan kesimpulan bahwa pengobatan / terapi bisa dilakukan secara Spiritual Power -> Energy Psychology -> The Amplifying Effect (Ampuh). Pak Afzan, selaku founder SEFT, merupakan sosok yang langsung terjun pada SEFT hingga menjadi salah satu metode efektif terapi.
Sebagai alumni psikologi universitas negeri terpandang di Indonesia, pak FAIZ melanjutkan pendidikan di luar negeri dan sekaligus mengikuti training kelas dunia. Langsung mengambil konsep-konsep :
- NLP (Neuro-Linguistic Programming)
- Systemic Desensitization
- Psyconalisis
- Logotheraphy
- EMDR
- Sedona Method (Releasing Technique)
- Ericksonian Hypnosis
- Provocative Theraphy
- Suggestion & Affirmation
- Creative Visualization
- Relaxation & Meditation
- Gestalt Therapy
- Energy Psychology
- Powerful Prayer
- Loving Kindness Theraphy
Cara terapi dari kolaborasi tersebut menjadi sederhana dan dengan penguatan di sisi SPIRITUAL menjadikan SEFT sebagai pilihan untuk penyembuhan kecanduan, dan jenis penyakit lain, bahkan untuk memotivasi seseorang untuk menjadi lebih baik. Cara sederhana terapi terbagi dalam 3 bagian :
1. SET UP
2. TUNE IN
3. TAPPING
Kunci sukses menjalani terapi ini adalah :
1. Yakin
2. Khusyu
3. Ikhlas
4. Pasrah
5. Syukur
Suatu keberuntungan ketika Allah SWT membukakan kemudahan buat kita.
UJIAN 01
Percaya atau tidak bahwa LUCK FACTOR itu ada, bagaimana untuk memperolehnya, bisa kita bicarakan dengan basis SEFT yang berbasis pada Al Quran. Sederhananya begitu. Saya tidak ingin membahas hal ini. Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan sekali lagi hal yang sama. Apa itu ? Allah SWT izinkan saya beroleh sedikit ilmu. Selesai itu, Allah SWT kirimkan penerapannya. Saya meyakini itu.
Sepulang dari pelatihan itu, adalah hal yang melelahkan karena perjalanan panjang dari kota kecil untuk sampai ke bandara butuh 4 - 6 jam, lalu kebutuhan pesawat dengan tiket murah biasanya memaksa menginap di bandara. Lanjut training non stop selama 3 hari dan jauh dari penginapan, selesai itu mesti berlari mengejar pesawat pertama dari Soetta di sepertiga malam terakhir agar dapat yang murah. Jadi, namanya selesai training itu badan rasanya sudah gak karuan. Pun, untuk kegiatan kali ini. Pagi bangun tidur, handphone berdering. Begitu diangkat, ternyata teman menyampaikan ada teman dekatnya (katakanlah B) yang bermasalah. Anak perempuannya mau nikah, tanpa kehadiran B. Wah, rasanya badan masih gak karuan. Ku minta teman ku menelpon B agar dia menelpon langsung saja ke saya biar jelas duduk persoalannya.
Tak lama B menelpon ke hp saya. Persoalannya : anak perempuannya mau menikah tanpa kehadirannya sebagai wali. Begitu penjelasannya. Saya minta waktu untuk bertemu. Lalu kami bertemu. Saya jelaskan pada B, pernikahan tidak mungkin dilakukan tanpa kehadiran ayah dari pihak pengantin perempuan. Yang jadi pertanyaan adalah kenapa anaknya tak ingin ayahnya menjadi wali permikahannya ? benarkah demikian ? Siapakah yang menyanggupi menjadi wali sehingga memungkinkan pernikahan besok itu menjadi sah ?
Ketika obrolan masuk sebagai adanya C yang menyanggupi bahwa tanpa B, pernikahan bisa berlangsung...C lewat di hadapan dengan motornya. Seketika B berteriak teriak. C datang, kami bersalaman, saya tanyakan pada C benarkah duduk persoalannya demikian. Rupanya penjelasan ke dua orang tersebut yang ngotot membuat keduanya hampir baku hantam. Saya sudah tidak mengingat usia lagi, saya ingatkan untuk diam di tempat dan dengarkan saya bicara. Rupanya Allah SWT membantu, keduanya diam dan mendengarkan penjelasan saya (terima kasih yaa Alloh).
Rupanya keduanya tetap keras kepala. B tidak mau hadir sebagai wali pernikahan, dan C tetap mau menikahkan anak B tanpa kehadiran B. Saat mau pulang saya cuma minta agar C mengajak anak B dan calon suaminya menemui B di mushola sampaikan baik-baik keinginan nya.
Setelah C pulang, saya dan B masih berbincang masalah kelapangan hati dan hilangnya nilai spiritual. B tetap gak mau nikahkan anaknya karena anaknya hilang kesopanan dan punya utang padanya. Tentu pernyataan nya mengagetkan. Dari zaman ke zaman biasanya orang tua mengalah kepada anak, kali ini tidak. Setengah jam berbicara tetap saja jawabannya tidak.
Lama saya merenung ketika ia bersikeras untuk keputusannya. Akhirnya saya menjawab, "Bang, kita menginginkan hal terbaik di dunia ini adalah ridho Allah. Diciptakannya kita pun hanya untuk beribadat kepadanya. Hari ini saya bertemu dengan abang, juga kehendak Nya, untuk apa saya gak tau pasti, yang saya tau kita harus punya kemanfaatan buat orang lain". Dia masih diam. Saya melanjutkan, "kalau Nabi dan Rasul aja mengalami penolakan untuk ajakan kebenaran, apalagi saya yang dhoif ini. Cuma ada yang harus saya lakukan, yaitu menyampaikan. Kalau abang tidak hadir maka jatuhnya zina pada pernikahan anak abang bisa terjadi. Tidak sahnya secara agama akan jadi masalah. Betapa kisah Nuh, Luth cukup mengingatkan saya betapa lemahnya seorang yang beriman jika hidayah itu tidak dikehendaki oleh Alloh jatuh pada orang yang diinginkan." Dia masih diam.
Ketika saya ulang bertanya, dia tetap TIDAK MAU. Saya berucap, "Ini adalah terakhir kali orang tak berilmu ini menyampaikan untuk melepaskan kewajiban yang ada, sungguh jika kewajiban itu tidak pernah saya ketahui niscaya saya tidak akan mencampuri urusan ini sampai sejauh ini. Pulanglah bang, sholat lah, dan bermohon kelapangan, sesunguhnya hanya Alloh jua yang dapat membuka hati abang...bukan siapa siapa." Kami pun bubar.
Satu minggu kemudian, ia datang ke rumah. Dengan klakson motornya ia memanggil dari luar pagar. Hari itu habis sholat Jumat, biasanya saya selalu pulang setelah ngobrol ba'da jumatan. Tapi hari itu saya langsung pulang, sehingga tanpa saya ketahui B mencari saya hingga sampai ke rumah. Ia mengucapkan terima kasih, karena paginya setelah pertemuan itu ia mendatangi anaknya untuk menjadi wali nikahnya. Saya sempat tersendat untuk bersuara karena tak mengira ia akan lakukan itu.
ALLAHUAKBAR !!!
UJIAN 02
Selang kisah UJIAN 01 terjadi, musim COVID-19 sudah masuk ke kota dimana saya tinggal. Telepon yang berdering berulang ulang dari nomor yang tak dikenal, berlanjut ke WA. Setelah saya buka, ternyata orang tersebut minta pertolongan untuk melihat adiknya yang terbaring sakit di RS. Terkena kanker otak stadium 3. Apa yang bisa saya lakukan, dengan posisi pasien di RS ?
Saya sampaikan, insya Alloh, pada Allah SWT jua kita bergantung. Dengan perlengkapan masker dan sarung tangan, lahaulawalaquwwataillabillah, menuju RSUD. Alhamdulillah sampai RS, parkir, lalu menuju ruangan pasien tanpa ada halangan.
Masuk ruangan, saya mencari pasien dengan menanyakan ke tiap pasien yang saya temui. Karena pasien ini tidak punya no hp yang bisa dihubungi, rupanya saudaranya yang menghubungi saya ada di daerah Sumatera Utara. Ntah bagaimana ia. mendapatkan no hp saya. Setelah berjumpa, saya minta pasien mengenakan jilbabnya. Dari wajahnya tampak ia menahan sakit. Pada saat yang bersamaan perawat masuk dan menyuntikkan obat melalui selang infusnya. Bau obat sungguh sangat menyengat. Pasien meringis sakit saat ada cairan merah disuntikkan di selang, ia menyampaikan keluhan bahwa hilangnya sakit dikepala hanya sebentar dan diiringi mual berkepanjangan setelah dikasih obat.
Saya memandanginya, sungguh sakitnya teramat berat.
Apapun Itu Harus Disampaikan.
Saya tanyakan padanya, apakah ada sesuatu yang ingin diceritakannya untuk sekedar melepaskan masalah emosi. Ia diam. Saya tanyakan, apakah ia mengalami masalah dengan ibu dan suaminya. Rupanya pertanyaan itu bersambung. Ia banyak melakukan kesalahan pada ibunya. Namun untuk suaminya rupanya perceraian dengan persoalan berkepanjangan yang membuatnya sakit berkepanjangan. Saya lakukan SEFT sebagai terapi yang sangat memungkinkan dilakukan di RS. Setelah Set up terkait masalah ibunya, lanjut tune in dan tapping, alhamdulilah sudah enakan, meski masih ada rasa sakit itu. Setelah perulangan, saya lakukan Set Up terkait masalah nya dengan suaminya, namun ia tak hendak memaafkan suaminya. Lama saya melakukan pendekatan dari sisi Al Quran dan hadist, malah banyak bercerita, akhirnya ia mau. Proses ini pun alhamdulillah selesai. Ibu itu tampak bahagia, rasa sakitnya hilang. PR bagi beliau saya berikan adalah membaca Al Baqarah di tamatkan dalam 2 hari (paling lambat), dan dari Rehab Hati saya minta baca 3 Qul sebanyak banyaknya, untuk TAP bisa dilakukan mandiri dengan bantuan adik nya.
Akhir pertemuan saya cuma meneruskan untuk selalu bersyukur, bagaimanapun sulitnya kita, kenikmatan yang sudah diberikan tetap jauh lebih besar, teruslah berdoa sehingga Alloh memanggil kita dalam keadaan husnul khotimah.
Semoga Allah SWT selalu menjadikan kita semua menjadi orang yang pandai bersyukur
Pengobatan Akhir Zaman
14 Juni 2020, seorang sahabat mengundang saya datang ke rumahnya, ada pasien yang mengalami speech delay berumur 5 tahun. Sudah dibawa kemana mana, orang tuanya risau perkembangan tidak berjalan sesuai harapan.
Setibanya di rumah sahabat rupanya pasien datang dari jauh menggunakan mobil, sengaja ke rumah sahabat untuk berobat. Saya ikut mendampingi dan membantu. Sudah ketentuan Allah SWT untuk kita saling membantu. Meskipun telat, saya tidak kehilangan momen untuk ikut serta 'MEMBEDONG ISTIMEWA' pasien ini.
Rupanya si anak melawan dan menangis baik saat di bedong hingga selama pembedongan. Kami menyampaikan ke orang tua biarkan saja proses ini berjalan, anak tidak sakit hanya tidak nyaman. Proses ini biarkan berjalan sebagai terapi alami. Tampaknya orang tua tak tahan mendengar anaknya menangis, kami cuma menyampaikan "lebih baik hari ini anak ibu menangis, daripada ketika besar nanti ibu yang menangis...percayalah anak ibu tidak sakit ketika diterapi". Terapi dilanjutkan oleh sahabat dengan metode garpu tala dan ruqyah.
Kita berikhtiar, semoga proses ini bisa dilanjutkan sesuai frekuensi yang dianjurkan untuk kesembuhan anak. Lalu bermohonlah pada Allah SWT selaku Pemilik Segalanya dan sesungguhnya Pemberi Kesembuhan melalui sifat Ar Rahman dan Ar Rahiim Nya.
Bukan Kejadian Biasa
15 juni 2020, lanjutan aktifitas terapi skoliosis pada anak 2 tahun. Jelang sore berita itu diterima. Insya Alloh, ba'da magrib akan dimulai. Membayangkan wajah pasien berumur 2 tahun berjalan dengan condong ke kanan membuat terenyuh. Tentu tidak nyaman, kondisi itu bagi pasien. Saya pun berharap kesembuhan nya diridhoi Allah SWT.
Tipe skoliosis Z, mengharuskan perbaikan pinggul kanan dan pada bagian cervical harus ada ruas yg dikeluarkan sehingga fungsi pupil mata bisa optimal. Pada bagian tulang ekor yang masuk harus dikeluarkan, dan bagian penyempitan rongga dada harus dilonggarkan. Perlu suatu perlakuan lipatan kaki, tangan, dan kuncian leher, lalu BEDONG untuk satu gerakan. Selesai BEDONG, perlu aktifitas perlawanan dari pasien untuk perbaikan alami secara optimal. 10 menit berlalu, alhamdulilah, tangisan pasien ikut mempercepat proses tersebut.
PR pasien, diberikan ke orang tua, agar melakukan HK, duduk dengan lipatan, tidur dengan arah perbaikan. Dan mainan anak diarahkan untuk perbaikan struktur tulang. Perlu waktu untuk penormalan. Namun orang tua sudah paham, saat terapis bisa menunjukkan pada posisi yg ditentukan tadi terlihat ada pelurusan tulang belakang. Semoga Allah SWT meridhoi ya nak, lahaulawalaquwwataillabillah. Selamat sampai tujuan kembali ke pulau Rupat, dan konsisten mengerjakan PR untuk kesembuhan.
Pada proses penanganan pasien ini alhamdulillah sahabat terapis saya ikut datang membantu sehingga mempermudah pelaksanaan terapi. Semoga Allah SWT berkenan membalas amal baik nya. Aamiin YRA.
Setelah selesai pasien 1, sahabat saya mengajak untuk nangani pasiennya. Saya berpikir ini pasien stroke. Saat tiba di sekitar lokasi, sahabat saya menelepon seseorang untuk memastikan tempat pasien. Tak lama kami disambut, masuk sebuah rumah, ternyata pasien adalah penghuni kost.
Setelah meminta pasien menggunakan mukena barulah kami memasuki ruangan. Ada 2 orang wanita muda, seorang wanita paruh baya, dan seorang anak kecil. Ternyata wanita paruh baya itu adalah ibu dari salah seorang wanita muda, dan anak kecil itu adalah anaknya. Rupanya kedua wanita muda itu adalah janda yang terkena jin. Pasien perlu di ruqyah.
Ruqyah berjalan cukup lama karena jin yang bersarang cukup banyak dan lumayan ngeyel. Jin yang bersarang adalah jin laki laki yang mengaku melindungi pasien. Mengaku kuat dan tidak mau keluar. Ajakan untuk bersyahadat kepada jin, ia mau bersyahadat, namun tetap tidak meninggalkan pasien. Setelah di dakwahi tidak bisa, akhirnya diselesaikan dengan ayat quran pamungkas. Bisa jadi jin ini sombong, karena hari sebelumnya berhasil menghempaskan 5 orang dan hampir berhasil membuat pasien bunuh diri dengan mengikatkan lehernya dengan tali.
Selidik punya selidik pasien ternyata jauh dari rasa syukur ke Allah SWT, sehingga sikap suudzhon (baik sangka) ke Allah SWT atas peristiwa yang dialami belakang ini tidak dilakukannya.
Kejadian ini membuat saya untuk terus mawas diri. Terima kasih ya Alloh, Engkau hadirkan pelajaran dan teguran baru buat saya. Semoga ini menjadi penguat niat kami untuk menjadi lebih baik lagi, selalu berusaha memperbaiki diri dari waktu ke waktu hingga Engkau memanggil kami dalam keadaan husnul khotimah. Aamiin YRA.
Ketika Guru itu Adalah Anak Anak 01
Beberapa hari belakangan ini saya tak sempat menorehkan catatan terapi untuk reminder bagi saya pribadi. Bukan lupa, tapi memang betul betul segala perasaan tercampur aduk mengingat pertemuan dengan guru guru baru ini. Mereka adalah bayi dan balita.
Guru ke-1 adalah anak laki-laki berusia 2,5 tahun. Tulang pinggang nya belok ke kanan (seperti Z). Sudah lama, ia bisa berjalan, tapi menekuk ke kiri dan punggung ada benjolan keluar. Guru ini ceria saja saat berhadapan dengan saya. Tarikan kaki kiri dan kanan yang masuk kedalam tampaknya untuk menyeimbangkan saat berdirinya.
Hasil cek Titik sentuh: Tidak ada sakit
Treatment : Bedong khusus
Hasilnya: 1x proses belum terlihat
PR : untuk duduk agar kaki kanan diangkat dan lipat samping, tidur menghadap kiri dengan kaki kanan dilipat, HK 0-2 dalam bentuk bermain dengan orang tua (dibuatkan kotak sebanyak 10 dengan loncatan kaki kanan terlebih dulu). Bedong pagi sore dilakukan rutin.
Terima kasih ya Alloh atas semua kesempatan yang diberikan. Semoga Guru kecil ini membaik atas izin Mu jua. Aamiin YRA.
Ketika Guru itu Adalah Anak Anak 02
Hari berikutnya, sahabat saya menelepon agar saya bisa bantu tangani pasien anak anak lagi. Katanya katarak. Anak anak sudah katarak ? Sebelumnya saya sudah dapat info, rekan saya pun pernah mempunyai anak yang katarak, lalu dioperasi. Saya lupa pada umur berapa dia operasi. Namun di usia 5 tahun ini dia akan menjalani operasi IV.
Rupanya cerita sahabat ku ini, mengingatkan kasus rekan saya tadi. Kehadiran saya ke rumah sederhana itu makin membuat pilu, karena ia pun mempunyai saudara yang berkeadaan sama : katarak. Kecuali kakak pertama anak ini.
Hasil pemeriksaan :
Punggung kaki : kiri kanan tertarik kedepan menutup
Jempol v/a: a
Dada cekung depan / punggung cekung: tak terlihat
Tindakan terapi : di bedong
Hasilnya: 1x proses belum terlihat
PR : Bedong pagi, siang, sore @ ½ jam, malam kalau tidur sebaiknya dibedong.
Semoga Allah SWT memberi kesembuhan. Aamiin YRA.
Ketika Guru itu Adalah Anak Anak 03
Hari yang menjadi perenungan, begitu banyak nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepada saya. Suda seharusnya saya lebih bersyukur. Guru Kecil III itu hadir menyadarkan itu. Ia seorang anak kecil perempuan berusia 2 tahun, belum bisa jalan dan bicara.
Keluhan katarak, mata juling, kaki model jinjit sehingga sulit berdiri. Diagnosis awal adalah adanya tarikan yang kencang di kaki kiri dan kanan sehingga kaki tidak menapak. Puntiran syaraf nanpaknya terjadi di bagian pinggang dan daerah cervical sehingga kondisi mata tak stabil. Rasa nya belum habis menelan rasa sedih kemarin, ini saat harus bersamaan menerima pelajaran baru. Jujur, saya sempat mencoba memahami rasa sakit guru kecil ini. Luar biasa, saudara-saudara ku. Sakit sekali. Mungkin karena dia masih kecil ak sampai jua kata itu ke kita.
Hasil pemeriksaan :
Membuka / kendor kaki : tidak terlihat, namun kaki kanan ketika tekuk buka ada bunyi dan terasa ada yang keras, kiri lebih lemas
Punggung kaki : kiri kanan tertarik kedepan menutup
Jempol v/a: a
Dada cekung depan
Tindakan: Kaki Kanan Kiri dilipat, tangan disesuaikan, dagunem, di bedong, Ini dilakukan 15 menit.
pasien tiduran, dagunem, kaki diluruskan didekatkan pelan-pelan.
Hasilnya: 2x proses belum terlihat
PR : Bedong pagi, sore @ 1/4 jam.
Semoga Allah SWT memudahkan penyembuhan guru 03. Lahaulawalaquwwwataillabillah.
Ketika Guru itu Adalah Anak Anak 04
Kali ini aku membantu temanku menangani masalah keterlambatan bicara pada anak perempuan berusia 5 tahun. Pada bicara saja masalahnya, jika dari visual hariannya tidak ada masalah. Orang tuanya khawatir karena akan memasuki usia sekolah.
Hasil pemeriksaan :
Membuka / kendor kaki : tidak terlihat
Punggung kaki : kiri kanan tertarik kedepan menutup
Dada cekung depan / punggung cekung: dada CD
Tindakan: Kondisi kaki ditempatkan sesuai SOP, tangan, dagunem, di bedong, sambil ditekan pelan bagian paha. Ini dilakukan 15 menit.
pasien tiduran, dagunem, kaki diluruskan didekatkan ke wajah pelan-pelan.
Hasilnya: 1x proses belum terlihat
PR : Bedong pagi, sore @ 1/4 jam
Semoga Allah SWT memudahkan penyembuhan guru 04, menjaga hati kami selaku terapis, dan menjadikan apa yang dilakukan bernilai ibadah.
SANG GURU BERUSIA 70 TAHUN
Satu keberuntungan bisa belajar dari Guru berusia 70 tahun. Beliau mengalami stroke sebelah kanan sudah 1 tahun lamanya. Pada terapi I oleh rekan saya, beliau sudah bisa berdiri dan berjalan meski tertatih. Hari itu ,18 Juni 2020, adalah hari keberuntungan bisa mengunjungi Guru. Kiranya Allah SWT berkenan.
Beliau menyambut kami. Pemeriksaan dilakukan, keluhan nya adalah setelah 5 hari gerakan berjalan dan bangun terasa berat kembali. Saat ditanya bagaimana tugas rumah sudah dikerjakan sesuai SOP atau tidak ? Beliau menjawab sudah HK sesuai SOP. Karenanya kita periksa kembali.
Hasil pemeriksaan : Kaki kanan lemah P0, Kiri lemah, titik pantel ditentukan dari tekanan terhadap pubis. Bagian leher terasa lebih nyeri sedikit. Tedun, mata bagian atas, dan lainnya tidak terasa sakit.
Solusi : HK 0--2 3x10, CU 4x, CU+ 2x, Hulk 3x, SU posisi kaki dilipat dan tumpangkan 3x, BP C, saat sudah terasa ringan dikasih CR dan PR. Alhamdulillah keringat bercucuran, badan lebih segar sehingga HK bisa lebih kuat. Lahaulawalaquwwataillabillah.
Setelah terasa segar pasien diberikan tugas mandiri : CR dan PR.
GURU 70 TAHUN DARI PEMATANG SIANTAR
Keberuntungan saya adalah semua Guru dewasa adalah berusia lanjut, kali ini pun demikian, berusia 70 tahun. Tak dinyana jauh pula asalnya, dari Pematang Siantar.
Keluhan Guru : Peliketan (istilah Jawa), Hernia (pernah operasi), Jantung (sudah konsumsi obat jantung cukup lama) jadi kalau jalan sedikit gampang capek.
Hasil pemeriksaan : sulit menentukan kaki kendor dan pantelnya. Penekanan di pubis tidak menghasilkan informasi apa-apa. Setelah di cek titik pantel, disimpulkan Kiri membuka, dan tipe punggung C, kanan P0.
Tindakan : CU dibantu oleh 2 orang untuk menekan pinggang dan puntiran di cervical. 2x terasa ada perbedaan namun belum menguatkan jepitan CU. Dberikan perlakuan Booster Energy sebanyak 3x 10 hitungan. Ulangi CU 3x 10 ada tambahan kekuatan. BP 3x perlahan lahan karena Guru sudah cukup lelah sehabis perjalanan. Hulk 3x 10 dikerjakan oleh 3 orang. Terasa lelah. HK 0-2 kiri lebih dahulu. CR dan PR sudah tidak sanggup. Jadi diistirahatkan.
Tugas mandiri CR dan PR.
1 hari kemudian saya telpon, bagaimana reaksi badan, alhamdulillah tidak ada peliketan (pegal dan susah gerak). Lahaulawalaquwwataillabillahil'aniladzim.
PENGOBATAN ITU BERAKHIR DIMANA ?
Bila pertanyaan itu muncul, tak sedikit dari kita menjawab pengobatan itu berakhir di kesembuhan. Benarkah demikian ? Guru saya yang lain atau lebih enaknya saya sebut pak Afzan yang enak diajak bercerita, mengungkapkan dari sisi spiritual, menyinggung ini dalam konteks pemahaman lain. Sebuah pertanggungjawaban. Apa itu ?
Dari sedikit perjalanan pengobatan tanpa alat, tanpa obat, tanpa operasi, dan tanpa jimat, saya menggabungkan pemahaman spiritual itu pada titik temu yaitu KEYAKINAN PADA AR RAHMAN & AR RAHIIM NYA ALLAH SWT. Saat seseorang sakit, sebenarnya saat itu ia berhadapabn pada haqqul yaqin-nya ia pada kuasa Sang Pencipta. Keyakinan pada kebaikan yang ada pada Sang Pencipta. Pada saat sakit seseorang bisa oleng pada hal tersebut. Tidak peduli apakah ia sakit secara fisik ataupun sakit secara non fisik (psikologi atau gangguan jin). Hal sederhana adalah ketika perbuatan yang dilakukan nya menjadi doa tanpa disadarinya.
Tak jarang kita bertemu pada pasien yang berikhtiar pada makhluk dan berharap kesembuhan pada nya. Sungguh itu menciderai makna pencipataan manusia itu sendiri. Karena tiada kekuatan di diri makhluk ciptaan Nya. Atau pada saat lain, kita menemukan ikhtiar kesembuhan pada penggunaan material material tak berujud atau dalam wujud yang disebut jimat. Semoga kita dijauhkan dari itu semua. Aamiin YRA.
Namun perbincangan dengan pak Afzan lebih dari itu, bahwa pada diri manusia itu sendiri saat penciptaan sudah mengakui bahwa Allah SWT sebagai illah yang diakui. Pengakuan di alam pembentukan. Jadi, sejatinya manusia itu harus siap menerima ketentuan Allah SWT. Ikhtiar wajib, namun kesiapan menerima hasil yang tidak sesuai harapan juga wajib, karena nya CINTA TANPA SYARAT PADA ALLAH SWT itu jadi kunci HUSNUL KHOTIMAH. Ini juga lah yang mendasari perbincangan kita pada pasien pasien (Guru) yang kita temui. Pun kita mengedukasi diri kita sendiri.
Ada beberapa kasus yang tidak berujung pada kesembuhan fisik, namun keberhasilan merekonstruksi hati untuk meyakini CINTA TANPA SYARAT pada ALLAH SWT itu jauh lebih penting pada awal terapi sebagai dasar kesembuhan atau hingga berakhir nanti ketika kematian menjemput walau tidak sesuai harapan. Semoga ikhtiar ini membantu kita untuk dapat husnul khotimah. Sesungguhnya Allah SWT telah menyampaikannya betapa para nabi dan rasul telah melakukan itu. Nabi Ayub dengan sakit yang luar biasa dapat tetap mengucapkan alhamdulillah, hingga waktunya Allah SWT menaikkan derajatnya ke tempat yang lebih. Atau Nabi Muhammad saw yang melarang Jibril menimpakan gunung ke penduduk Thaif akibat menganiaya Rasulullah saw. Nabi Muhammad saw menerima itu semua dengan keyakinan akan Ar Rahman & Ar Rahiim Nya Allah SWT.
Pak Afzan hanya menyampaikan, bahwa tujuan akhir itu bukanlah harapan kita tapi ketentuan-Nya. Dan ketika ikhtiar sudah dilakukan terimalah ketentuan-Nya sebagai bagian dari Ar Rahman dan Ar Rahiim Nya tanpa syarat. Sungguh saya merasa sangat beruntung sekali dapat dipertemukan dengan orang orang hebat yang dapat mendekatkan diri saya ke Allah SWT. Pak Afzan bercerita tentang doanya yang sederhana : "jadikanlah aku menjadi orang yang pandai bersyukur, jadikanlah aku menjadi orang yang mencintai-Mu dan Engkau pun meridhoiku bermanfaat bagi banyak orang, dan jadikanlah aku orang yang dapat memperbaiki diri dari hari ke hari hingga Engkau memanggilku dalam keadaan husnul khotimah." Akhir kata, saya bersyukur pada Allah SWT yang telah mempertemukan saya dengan orang orang hebat yang selalu mengingatkan dan dapat membuatku dekat pada Mu.
Bukan Kejadian Biasa 04
Kami anak anak beliau selalu mengajak mengobrol bapak dan ibu mengajak pindah. Namun itu tidak mudah, kami pun memahami itu. Saya masih bolak balik Jakarta untuk urusan pekerjaan. Saudara saudara saya semua ada di pulau Jawa setelah berumah tangga. Pekerjaan jua yang membuat keputusan itu diambil.
Tahun 2012, saat saya di Jakarta guna mempersiapkan kemungkinan tinggal disana sehingga bapak dan ibu bisa dekat dengan kami anak anaknya, Allah SWT memanggil beliau. Meskipun saya tau bahwa Allah SWT berhak memanggil beliau kapan saja, namun kesedihan mendalam tetap terasa bahkan hingga kini. Pada saat itu, saya sedang mengerjakan software peralihan Pajak Bumi dan Bangunan Pemerintah Kota Dumai yang diberikan oleh Dirjen Pajak Kemenkeu. Namun kesedihan itu bisa diredam, karena melihat kondisi ibu. Ibu yang dalam penyembuhan dan penguatan diri setelah terkena stroke, harus kuat secara mental dan fisik. Alhamdulillah, kiranya Allah SWT berkenan.
Setelah pemakaman bapak di TPU Duren Sawit Jaktim selesai, kiranya saya mengucapkan banyak terima kasih pada sahabat--sahabat di Dumai dan juga mbak Ani dengan jajarannya semoga Allah SWT mencatat amal baik ini sebagai hal yang di ridhoi Nya, ibu bersama kami anak-anaknya. Kapan waktu ada di Jakarta, Bandung, dan Cirebon. Dimana yang ibu kehendaki, kami berusaha memenuhinya.
Pertanyaan yang menggantung di kami tetap sama, “Konsumsi obat selama ini kenapa tidak menyelesaikan keluhan penyakit ? Apa arah obat tidak ke pangkal masalah ?”. Saya kira wajar pertanyaan ini dimunculkan. Bagaimana pengobatan dikatakan mengobati jika di awal muncul penyakit pasien mengkonsumsi 1 atau 2 jenis obat, lalu perjalanan waktu malah membuat pasien mengkonsumsi tambahan jumlah dan jenis obat ? Saat itu, penanganan stroke ibu masih menggunakan obat kimia kembali. Efek terbesar ketika mengkonsumsi obat ini adalah ibu menjadi lemas. Setelah berkonsultasi dengan dokter, obat ibu jadi dikurangi. Saya menemukan bahwa obat yang dikonsumsi ibu ternyata mempunyai kandungan untuk menenangkan pikiran. Setelah cross check ini, saya menanyakan kewajiban konsumsi obat ini ke dokter. Jawaban yang diberikan kali ini berbeda, jika tidak merasakan perlu ya tidak usah digunakan. Apalagi jika menimbulkan pusing dan mual.
Ibu akhirnya kami terapi dengan metode sendiri, yang penting diajak ngobrol dan aktifitas yang beliau sukai. Alhamdulillah, di rumah adik yang di Cirebon, ibu sering berjalan dan bermain bersama cucu. Bila ibu ingin ke Jakarta, ibu dijemput oleh mas atau diantar oleh adik. Rutin aktifitas ini berlangsung, yang penting happy. Kiranya Allah SWT menguatkan ibu hingga bersama saya bisa kembali ke Dumai untuk melihat rumah lama dan bertemu teman pengajian beliau. Suasana haru mewarnai ibu ibu pengajian. Alhamdulillah bisa bertemu. Namun itu tidak lama, karena saya mengajak ibu kembali ke Jakarta. Saat itu Kota Dumai sudah mulai muncul tanda-tanda bencana asap.
Setelah sampai di Jakarta, memang bencana asap itu mengurung kota Dumai dan sekitarnya. Beberapa waktu ibu tinggal bersama saya. Ketika memasuki bulan Ramadhan, ibu minta diantarkan ke rumah adik di Cirebon.
Tahun 2013, sekitar 17 Ramadhan, Allah SWT memanggil ibu. Rasa sedih yang mendalam kembali menyelimuti, karena tidak ada di samping ibu saat dipanggil Allah SWT. Adik bercerita tentang hari terakhir ibu. Seperti biasa, ibu selalu menunggu adik pulang dari kantor. Saat itu jam 22.00 malam. Sesudah menanyakan adik sudah makan atau belum, ibu kembali melanjutkan tidur. Mungkin lelah, tapi karena adik belum pulang ibu menunggu. Sore sebelumnya, ibu membuat bukaan puasa untuk diantar ke masjid dekat rumah. Saat itu ibu sudah bisa sholat berdiri, jadi sedianya kami akan berkumpul bersama dan shola ied bersama, di Jakarta atau di Cirebon. Rupanya Allah SWT punya kehendak lain. Semoga bapak dan ibu husnul khotimah, dan kami keturunannya dapat menjadi amal ibadah bagi beliau kelak.
Perjalanan tanpa bapak dan ibu tetap tak mengurangi semangat saya untuk mencari informasi masalah penyakit, terutama diabetes mellitus dan stroke. Tahun 2019, rupanya Allah SWT berkenan memberikan informasi solusi pengobatan. Ketika mengawasi pekerjaan pembangunan masjid, informasi itu sampai. Ada pengobatan tanpa alat, tanpa operasi, tanpa obat, dan tanpa jimat. Akhirnya saya mengikuti pelatihan pengobatan ini. Proses yang punya basis penyembuhan dari Al Quran ini benar benar membuka cara berpikir saya. Betapa semua penyakit memang ada obatnya. Jika Allah SWT berkehendak maka jadilah ia. Kita cukup berikhtiar seoptimal mungkin. Perjalanan itu akhirnya membuat saya menjadi seorang terapis / PAZtrooper. Keyakinan itu makin bertambah, saat melakukan terapi pada pasien jantung coroner, asma, syaraf terjepit, stroke, asam urat akut, jantung bocor pada anak-anak, speech delay, diabetes, ginjal, kanker, autis, autoimun, scoliosis, dan lain lain. Setidaknya pasien dengan keluhan tersebut sudah saya tangani. Semoga ini makin mendekatkan diri kepada ridho Allah SWT. Aamiin YRA.
Bukan Kejadian Biasa 03
Sepulangnya dari Malaka, penyembuhan bapak ibu dilanjutkan dengan konsumsi takaran obat dari sana. Berjalan waktu semua mengikuti aturan itu, dan saat itu saya sudah mulai aktifitas kerja pulang balik ke Jakarta. Kali ini bukan sebagai pegawai. Kerja sebagai owner sekaligus kulinya, sekaligus marketingnya dan salesnya, bila perlu courier nya. Pencarian barang telco di luar negeri untuk konsumen dalam negeri. Saat itu memang lagi "IN". Dalam kesibukan itu, bapak menelepon minta saya pulang, ibu kena stroke.
Berita itu adalah realisasi peringatan dari dokter sewaktu di Malaka. Namun, berita itu juga sekaligus pembuktian bahwa penyumbatan "yang diteorikan" tidak berhasil dijebol pada pembuluh darah otak ibu. Kenyataan nya saya masih tidak fokus, kenapa obat itu tidak bekerja pada "fungsinya". Setelah membereskan urusan dengan mitra bisnis, saya pamit mundur dari perdagangan impor barang. Mitra saya keberatan, namun saya menjelaskan bahwa bapak yang selama ini menangani ibu pun dalam kondisi tidak sehat. Kena DM. Akhirnya mitra saya menyetujui pengunduran ini.
Sebelum pulang saya sempat mencari obat obat alternatif untuk "pemecah penyumbatan" ini. Karena masih di Jakarta, saya menyempatkan diri mencari di seputaran Glodok hingga Pasar Baru. Rekomendasi dari shinshe saat itu adalah Huathuo Zhai Zhao Pills. Cukup banyak obat ini dibeli. Sementara bapak membawa ibu pada berbagai macam pengobatan, diantaranya shinshe untuk accupunture, dan totok jalan darah. Sudah tak terbilang yang lain. Dalam sakitnya bapak juga membawa ibu "urut" khusus stroke di daerah pinggiran. Di rumah, saat itu ada mbah (ibu dari ibu) yang pada saat bersamaan juga mengalami pikun. Ini juga yang menguatkan keluarnya saya dari perusahaan.
Setelah beberapa waktu sampai di rumah, saya melihat memang bapak luar biasa, menangani ibu secara langsung juga menyiapkan semua urusan rumah. Saya lihat tidak ada kecanggungan bapak. Apalagi keluhan beliau, biasa saja. Menyapu rumah, memasak, mencuci, dan lain lain pekerjaan rumah yang sebelumnya ibu kerjakan...ya dikerjakan bapak sementara bapak juga menangani mbah yang memang selalu mengajukan permintaan pulang ke Jawa. Mbah berpikir pulang ke Jawa itu tinggal jalan kaki, dekat, di gang sebelah. Pada titik ini saya melihat bapak membawa ibu berobat dengan motor, karena becak tidak mau ke arah daerah itu, terlalu licin bila hujan dan sulit untuk kendaraan sebesar becak. Hanya karena karunia Allah SWT bapak dan ibu bisa datang dan pulang terapi dengan selamat. Saya pun mendampingi dalam waktu yang ada. Sungguh luar biasa sulit jalan itu.
Dalam masa itu, bapak juga menjalani pengobatan medis untuk penyakit gula nya. Rekaman medis penurunan ambang indikator nya tak berubah banyak, kecuali kenaikan dan tidak hilangnya keluhan. Akhirnya ada keputusan untuk menggunakan herbal : mediabetea sebagai alternatif. Semua cairan untuk minum menggunakan ini. Alhamdulillah mata yang tadinya tidak sanggup kena cahaya menjadi normal, begitupun kemampuan berjalan sudah tidak "ngos-ngos" an lagi. Namun nilai ambang indikator gak berubah banyak. Kok tidak ada hubungannya ?
Perjalanan proses pengobatan bapak ibu, terkadang diselingi dengan mengantar mbah pulang ke Jawa, beberapa bulan kemudian menjemput kembali, dan tak lama kemudian mbah minta ke Martapura tempat kakak ibu. Perjalanan mengantar yang tidak biasa itu terjadi karena melewati jalan darat, dengan mbah yang sudah punya "road map" pulang kampung dalam waktu hitung singkat. Mbah bahkan mau turun di tengah jalan, karena merasa salah arah. Setelah sampai, mbah ditangani bude di Martapura Sumsel.
Fokus kembali pada pengobatan bapak ibu dengan obat herbal. Perbaikan melalui herbal ini tidaklah sesederhana yang dibayangkan. Untuk ibu, kita masih ada gambaran dengan pengobatan yang ada. Saat tubuh lemas bagian kanan berhasil digerakkan jari tangan nya, maka arah itu sudah terlihat terang. Tinggal perulangan terapi yang dikuatkan. Lumayan lama, namun alhamdulillah ibu bisa berjalan kembali. Pada posisi ini, kesyukuran atas nikmat-Nya sungguh luar biasa. Bisa melihat perubahan ini.
BUKAN KEJADIAN BIASA 02
Perjalanan ke RS di Malaka adalah perjalanan yang menentukan saya untuk mulai "bertanya" apa itu pengobatan. Keputusan keluar dari dunia pekerjaan selaku karyawan adalah keputusan yang berat, namun di belakang hari saya rasakan sebagai keputusan yang tepat.
Sesampainya di Malaka, pendaftaran pemeriksaan kesehatan bapak dan ibu di mulai. Ibu menjalani RMI dan ternyata ibu pernah kena stroke ringan. Sebelumnya di RS negeri sendiri selalu diberikan obat selama berbulan bulan hingga jelang 1 tahun namun keluhan tak kunjung hilang. Tangan kanan ibu kesemutan dan baal. Dokter spesialis syaraf pun hanya melatih gerak tangan dan memberikan obat. Ntah obat apa. Hari itu terjawab sudah, ternyata ada tanda ke arah stroke namun masih digolongkan ringan. Dokter Malaysia hanya berpesan jangan sampai serangan II, nanti bisa mengakibatkan kelumpuhan total. Saat dikonfirmasi cara agar tidak terkena serangan mematikan itu, dokter memberikan solusi cara hidup sehat dan obat. Jumlah obat yan diberikan tidak banyak, sekitar 3 jenis untuk 6 bulan.
Pemeriksaan pada bapak lebih menimbulkan kejutan. Saat dokter menanyakan kenapa bapak diberikan obat jantung, saya justeru malah bertanya kenapa ada pertanyaan itu. Dokter menjawab bahwa bapak tidak mengidap sakit jantung, dan ia heran karena dosis obat yang diberikan malah over. Sudah tidak sakit jantung, tapi dikasih obat jantun dengan over dosis. Saya sempat jelaskan kronologi pertambahan konsumsi obat bapak, beserta analisa bahwa side effect dari satu jenis obat di'tawar'kan dengan obat lainnya. Begitupun jika ada side effect dari obat lainnya. Rupanya dokter ini membenarkan analisis saya. Penjelasan di buku MIMS yang memuat kandungan obat turut saya garis bawahi, tanpa melihat merk. Rasanya puas sekali berdiskusi dengan dokter dokter ini. Meski pun rata rata pendidikan mereka spesialis tapi mereka membuka peluang interaksi dengan pasien. Hal yang sulit didapat di negeri sendiri. Obat yang diberikan untuk dikonsumsi bapak terdiri dari 5 jenis. Dokter memberikan untuk jumlah obat untuk konsumsi 6 bulan. Bila sudah habis bisa menebus lagi dengan tetap mengikuti standar pemeriksaan lanjutan. Pada bapak, telah terjadi penurunan fungsi ginjal. Bisa diakibatkan konsumsi obat yang melebihi dosis dan tidak tepat sasaran, kurang lebih demikian pendapat dokter di RS tersebut.
Kejadian di Malaka adalah second opinion saya memandang suatu masalah kesehatan. Rasa gusar itu membuat saya mempelajari banyak hal terkait literatur stroke dan diabetes melitus. Kesimpulan sederhana terkait penyakit ini di awal adalah : Stroke terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah di otak hingga stroke akibat pecah pembuluh darah di otak, kemungkinan penyembuhannya melalui pengobatan medis hingga alternatif. Sedangkan Diabetes mempunyai beberapa tipe . Jenis obat yang dikonsumsi juga menjadi perhatian termasuk pola hidup (lebih khusus nya makan). Pada akhirnya saya membuat medical record bulanan trerkait tensi, ureum, kreatinin untuk bapak, dan jenis makanan yang dikonsumsi.
Penerapan konsumsi obat dari RS Malaysia juga menjadi perhatian. Bagi ibu, rasa kesemutan dan baal tak ada pengurangan namun tidak mengalami penambahan juga. Begitupun fluktuasi tensi yang masih terjadi. Bagi bapak, tensi, kesulitan tidur, angka kadar gula darah, ureum dan kreatinin, dan gangguan (kabur) penglihatan tidak mengalami perubahan ke arah normal secara berarti. Melihat itu semua, saya mulai mengarahkan alternatif solusi untuk ini. Tidak mungkin bapak dan ibu kenyang makan (minum) obat setiap hari, demikian keputusan lanjut untuk tindakan berikutnya.
BUKAN KEJADIAN BIASA 01
Saya masih ingat sekitar tahun 90 an, kedua orang tua saya kena penyakit darah tinggi. Begitulah sebutannya, darah tinggi, konon ini adalah ukuran yang berupa angka tekanan darah yang melebihi nilai ambang (kenormalan). Seingat saya diberikan 1 jenis obat. Saat itu, saya tidak punya perhatian khusus atas kejadian ini. Yang saya ingat, kedua orang tua mengkonsumsi obat ini.
Tahun berjalan, dimana saya mendapat undangan masuk perguruan tinggi. Saya meninggalkan kota yang menjadi tempat sekolah dari TK hingga SMA. Rutinitas kuliah belajar yang menjemukan , saya tutup dengan kegiatan organisasi. Saat libur panjang saya pulang ke rumah.
Setelah beberapa kali pulang rumah, saya melihat kedua orang tua sudah mengkonsumsi obat tambahan, ya ...yang dari awalnya dua sekarang sudah bertambah. Ada sedikit pertanyaan saat itu, ke orang tua. Kenapa obatnya bertambah ? Seingat saya jumlah saat itu sudah 5 jenis obat sekali konsumsi. Jawaban dari bapak mengatakan bahwa memang demikian adanya. Sayang sekali, saat itu saya masih belum berpikir panjang. Waktu berjalan. Kembali pada rutinitas penyelesaian studi.
Satu hari, di penghujung studi, saya menerima berita bahwa kedua orang tua saya masuk RS. Opname. Saya memutuskan pulang, perjalanan kali ini terasa lebih berat. Malam hari tiba, langsung menuju RS. Saya melihat ke dua orang tua tidur berdampingan, di tempat tidur terpisah. Tak banyak yang bisa ditanyakan kecuali sungkeman ke bapak dan ibu. Setelah meletakkan kursi disebelah tempat tidur, saya duduk hingga lelah menguatkan rasa kantuk.
Pagi saya terbangun, sambil menunggu kunjungan dokter saya masih sempat menemani bapak dan ibu sarapan. Rupanya bapak masuk opname sudah beberapa hari dan ibu yang menunggu beliau akhirnya kecapekan. Dan opname yang dilakukan pada bapak dan ibu akibat tensi yang tinggi. Tak lama dokter datang beserta perawat, menanyakan keluhan dan membawa obat. Saat itu bapak mengkonsumsi 12 jenis obat. Rasa gusar mulai muncul. Untuk apa obat ini ? Jawaban dokter tidak memuaskan saya. Dokter mengatakan memang demikian lah penyakit DM ini nanti pasien terserang ini itu.
Pada kesempatan lain, saya menemani bapak melakukan pemeriksaan rutin. Saat itu saya tanyakan masalah konsumsi obat yang demikian banyak. Dokter tetap pada jawaban, ya memang demikian. Penyakit DM akan merusak organ lain, merembet ke jenis penyakit lain. Setengah menahan marah, saya tanyakan bukankah esensi berobat adalah menyembuhkan penyakit ? Kenapa dari konsumsi 2 jenis obat kemudian menjadi 12 obat ? Saya paparkan teori side effect, sehingga muncul jumlah jenis obat konsumsi yang demikian banyak. Dokter bertanya, darimana saya tahu. Saya tidak menjawab, karena saya memang mempelajari jenis obat dari buku MIMS selama 2 tahun dan dengan pencarian lain. Akhirnya saya putuskan membawa orang tua ke RS di Malaka Malaysia. Penasaran dengan naiknya jumlah obat dan penurunan kesehatan orang tua.
Pasien pasien 30 Juni 2020
Tanggal ini cukup banyak pasien yang kita datangi. Bersama rekan terapis lain, kami mengunjungi :
- pasien pria umur 60 tahun yang terkena deteksi medis ber penyakit lever. Rupanya sudah tahunan, terbaring lemas di tempat tidur. Deteksi : pantel kanan, dengan titik indikator di luar pubis tidak ada yang sakit saat di tekan. Pinggul membuka keluar. Treatment yang diberikan BE, BP-s, HK 0-1. Perubahan berarti masih belum terlihat. Pekerjaan rumah yang harus dilakukan : HK 0-1, dan mengaji.
- pasien pria sinusitis dan syaraf terjepit umur 50 tahun, kaki kendor kanan, GT, GB, BP-s, CR, dan PR. Pekerjaan rumah yang harus dilakukan : CR, PR, dan HK 1-0.
- pasien dengan dengkul yang mengalami gesekan (menurut dokter kurang pelumas). dokter malaysia menyarankan operasi. Bapak yang berumur 70 tahun berbobot 98 kg ini tidak mau. Lebih milih jalan pincang ketimbang operasi. Dari pemeriksaan diperoleh kaki pantel kiri, kedua pinggul terbuka. Treatment yang diberikan adalah GT 3x10, BP-s 3x10, BE 2x10, peregangan di pangkal paha, HK 0-1, CR, dan PR. Alhamdulillah pasien bisa duduk bangun tanpa rasa sakit, rukuk dan sujud tanpa rasa sakit. Pekerjaan rumah yang harus dilakukan : HK, CR dan PR.
- pasien pria 42 tahun. Terbaring lemas. Hasil periksa : pinggul terbuka, kiri pantel, telapak rata, jempol V. Keluhan jantung (medis menyarankan pasang ring), diabetes, dan ginjal. Treatment : BE, Hulk, GT, BP, HK 1-0, CR dan PR. Alhamdulilah, pasien sudah tidak ngos-ngosan. Pekerjaan rumah yang harus dilakukan : HK1-0 dan pelebaran rongga dada dengan metode sudut.
- pasien pria umur 58 tahun, jatuh terduduk tidak bisa berdiri, namun sudah ditangani pijat urut dengan terapi model lain bisa berdiri, namun badan kaku dan mudah kencing tanpa bisa dikontrol. Hal ini sudah 7 tahun. Kaki pantel kanan. Gerakan perlawanan dilakukan terbatas. Treatment yang diberikan GT, GB, BP-s, BE, dilakukan GT sebagai penutup. Masih belum ada progress yang berarti. Cek ulang ada pembengkokan tulang punggung bagian kanan. Pekerjaan rumah yang harus dilakukan : duduk dengan lipat kaki kanan dan HK 1-0 horizontal dengan kaki kanan.
- pasien perempuan umur 68 tahun, syaraf terjepit. Solusi medis : operasi. Cek pubis : kanan pantel. GT, BE dengan dibantu, CU+ dan CU. Alhamdulillah, berdiri, rukuk dan sujud dilakukan tanpa rasa sakit. Rasa sakit bagian lain di hilangkan dengan CR.
Pekerjaan rumah yang harus dilakukan : CR
- pasien pria umur 24 tahun keluhan asam lambung. Solusi GerdBok 2x10. Alhamdulillah. Keluhan hilang. Pekerjaan rumah yang harus dilakukan : GerdBok bila perlu. Ternyata pasien pun mengalami gangguan jin, akhirnya di ruqyah sekalian. Gak lama ternyata isterinya juga mengalami hal yang sama. Rupanya pasien ini menyimpan jimat dan pernah menggunakan air 'pemberian'. Diajak ngobrol sebentar adik adik ini, supaya gak pilih 'jalan yang itu'.
Semua kesembuhan dari-Mu yaa Alloh. Semoga kami menjadi orang orang yang pandai bersyukur dan Engkau ridhoi. Aamiin YRA
Serba Serbi Menerapi
Kalau ke rumah pasien, yang notabene tidak kita kenal itu luar biasa. Apa lagi dia gak mencari kita, tapi kita di rekomendasikan oleh tetangga nya atau orang sekitar nya yang dia pun tak kita kenal.
Biasanya kalau sudah ngucapin salam, itu anak atau cucu dari empunya rumah bakal teriak "bu..paak..itu tukang urut nya datang." Waduh...nyaris di samber geledek itu pohon kelapa di samping (he he he)...bisa bisanya saya jadi tukang urut. Perasaan gak ada ngurut ngurut lah...
Itu masih mending, yang gak nguatin kalau yang punya rumah atau si pasien cuman bilang "gini aja ?" seolah olah kita main main. Hadeuhhhhh, mak...bapak...om...tante...kek...nek, namanya pengobatan bukan pada caranya tapi hasilnya. Lagian yang bikin emosi ketika kita jelasin ini dasarnya dari Al Quran Surat Shood, dia nya cuma bengong. Kita bacakan gak komen juga. Di ceritakan kisah para Nabi dan kesembuhan penyakit...cuma oo aja. Gak apa apa ya mak...bapak...om...tante...kek...nek, semoga pertemuan kita membawa barokah di ridhoi Alloh. Ntar kalau pas sembuh jangan heran sambil nanya ya "kok bisa ya...kok bisa ya...cuma gini aja". Ya bisa lah ya mak...bapak...om...tante...kek...nek, kalau Alloh sudah berkehendak.
Yuk, sama sama belajar Quran. Kalamullah yang perlu diimani, jika pikiran kita belum sampai, yakini lah karena disitu ada semua solusi hidup...bagi orang orang beriman dan mau berpikir.
SETIAP HARI ADALAH KEBERUNTUNGAN
Seperti hari hari lainnya, keberuntungan yang Allah SWT berikan terasa sekali. Alhamdulillah. Dua hari sebelum itu, di rekomendasi untuk ikut free zoom mas Ipho Santosa. Saat di tanya Admin darimana saya bisa masuk link WAG tersebut, saya sampaikan karena dari sahabat baik saya. Wajar Admin bertanya ke saya, karena itu WAG bukan berada di wilayah saya. Saya sampaikan bahwa saya ingin membentuk komunitas produktif di lingkungan mesjid. Admin meng-approve keinginan saya.
Pada hari zoom meeting yang berjudul Giant Step, sebanyak 1000 peserta online, terasa membuat rasa ingin tau semakin besar. Bisa jadi karena label mas Ipho Santosa adalah motivator 5 benua. Atau karena judulnya. Entahlah, tapi saya merasa akan ada hal baru dalam konten motivasi nya kali ini. Dan...ternyata memang benar ! Bagi seorang muslim menghormati orang tua adalah kewajiban. Dalam suatu hadis dinyatakan bahwa penghormatan kepada ibu sebanyak 3 kali, sedangkan pada ayah sebanyak 1 kali. Lalu dimana bedanya ?
Yuk kita pahami ini. Benarkah harus membedakan perlakuan terhadap ibu dan ayah. Dalam satu sisi, di dalam Al Quran dinyatakan bahwa posisi seorang ayah adalah pemimpin dan tiap-tiap pemimpin bertanggung jawab atas orang yang dipimpinnya. Jadi, ini mempunyai arti pertanggungjawaban yang akan dibawa sampai 'mati' atas hasil kepemimpinannya. Bukankah itu hal tidak ringan ? Tidak sederhana ? Bahkan seorang ayah perlu menahan pedih dan tangis dalam memenuhi tugasnya sebagai kepala keluarga ? Bukan karena tidak mempunyai rasa pedih, bukan tidak mempunyai air mata...tapi pada diri seorang ayah lebih menampilkan sikap ketegaran dan kekuatan. Sikap yang bertolak belakang dengan ibu yang tampil penuh kelembutan dan kasih sayang. Ayah akan lebih memilih sikap diam, saat melihat anaknya menangis, bukan karena dia tidak simpati atas suatu hal yang dialami anaknya atau...bukan karena ia tak punya rasa empati, tapi ia lebih pada realitas yang mengedepankan solusi.
Allah SWT menciptakan sikap seorang ayah yang diimbangi dengan sikap seorang ibu. Allah SWT membuat kedekatan seperti itu untuk menguatkan seorang anak atas ketegaran, kekuatan, ketegasan, dan kemandirian. Lalu, apa hubungannya dengan Lompatan Besar itu ? "Giant Step" itu ? Apa itu berhubungan dengan masalah dunia ? atau masalah akhirat ? atau masalah dunia yang terhubung dengan akhirat ?
Pertanyaan itu, melontarkan saya ke belakang ke masa silam. Saat almarhum bapak masih ada. Saat itu, bapak masih bekerja di Pertamina Dock. Kami pun pindah di Kota Dumai, yang saat itu masih sangat sepi. Saya bermain di sawah, menikmati banjir, mancing ikan gabus, sepat, tepuyu, hingga bermain di kebun karet. Sesekali perjalanan bandel saya bersama mas mengikuti teman teman melayu kami...bermain di tepi sungai. Permainan ini tentu saja membuat jantung orang tua saya berdegup kencang, karena saat itu buaya di sungai masih berkeliaran. Kalau pulang, kami berdua habis di keramasin ibu sampai berkali kali karena bau, tapi...ya namanya anak kecil selang beberapa minggu lupa lagi. Pernah satu waktu, saya bermain hingga magrib, saat bapak pulang tidak menemukan saya terjadilah 'saat' dimana saya berubah. Pulang bapak menghabisi semua permainan 'kartu-kartu'an yang bikin lalai itu. Cuma karena satu hal, saya lupa mengaji dan sholat. Sampai ibu yang menyabar-nyabarkan bapak. Pun saat bapak mengajari matematika saya saat kelas 4 SD, pikiran saya ke permainan kartu itu (saya selalu menang kalau main beginian, he he he), saya tidak bisa menjawab bahkan untuk logika sederhana saja. Biasa nya saat bapak sudah pegang sendal...untuk 'menepuk' saya, ibu menahannya. Ibu setia mendampingi. Perpaduan yang luar biasa.
Pemahaman posisi bapak dan ibu, makin terasa setelah saya sudah mulai masuk alam berpikir. Dimana bapak dan ibu mengajak bercerita dan diskusi masa depan kami. Di meja makan atau setelah makan, di halaman rumah kami sering membincangkan apa yang telah kami lalui secara bersama sama...dibawah sinar bulan atau bintang dengan secangkir kopi atau sepoci teh ditemani pisang goreng atau ubi goreng dimasa lain atau ubi rebus dengan sambal terasi di lain waktu.
Saya ingat, sewaktu bapak mengajak saya dan mas membuat sumur bor. Lain waktu bapak mengajak kami ikut memperbaiki mesin kapal. Lain waktu menerima jahitan pakaian silat dan lain lain. Pekerjaan itu dilakukan di luar jam kerja. Rupanya bapak memberikan penjelasan tanpa perkataan, tapi lebih pada perbuatan. Ibu membantu bapak saat melakukan 'sum' pakaian. Ibu biasa mengajak mbak untuk memasak, mencoba segala macam resep.
Apa yang dijelaskan mas Ipho terasa mengena sekali dengan peran ayah yang disampaikannya. Rupanya masalah Giant Step itu terkait bagaimana kita selaku anak menempatkan penghormatan itu ke ayah. Dengan peran ayah yang demikian besar, setidaknya penghormatan yang diberikan pada beliau hendaknya dilakukan dengan baik dan setulus mungkin. Bahkan setelah beliau tiada. Bagaimana caranya ? Jadikanlah diri kita sebagai ladang amal bagi beliau. Kedua orang tua kita. Jika kita menerapkan suatu pengetahuan ke arah kebaikan yang di ridhoi-Nya, alhamdulillah itu jadi satu kebaikan. Namun bila kebaikan itu kita ajarkan pada banyak orang, maka semua kebaikan yang kita ajarkan itu menjadi amal jariyah kita dan berimbas kepada amal kedua almarhum orang tua kita. Allah SWT akan membukakan semua pintu kebaikan bagi kita dan orang tua, solusi bagi hidup kita, dan insya Alloh kita juga akan mempunyai anak yang berbakti pada kita dan Allah SWT.
Pada Giant Step ini, mas Ipho Santosa membuat lingkaran 3A sebagai gambarannya, dimana lingkaran inti adalah Allah SWT & Rasul yang dilingkari oleh lingkaran kedua : Anak & Keluarga, lalu dilingkaran terluar yang membungkus anak & keluarga adalah amal jariyah. Perbanyaklah amal jariyah dengan berbagai macam cara. Itu lah kebaikan yang mengalir buat orang tua kita, dan itu juga lah menyebabkan terjadinya Giant Step dalam hidup kita atau bisnis kita.
DAN JANGAN LUPA BAHWA ALLAH SWT TELAH MEMPERCAYAKAN AYAH UNTUK MEMILIH IBU TERBAIK BUAT KITA
Alhamdulillah yaa Alloh.