Hidup adalah Kualitas

Selasa, 21 Juli 2020

BUKAN KEJADIAN BIASA 02
Perjalanan ke RS di Malaka adalah perjalanan yang menentukan saya untuk mulai "bertanya" apa itu pengobatan. Keputusan keluar dari dunia pekerjaan selaku karyawan adalah keputusan yang berat, namun di belakang hari saya rasakan sebagai keputusan yang tepat.
Sesampainya di Malaka, pendaftaran pemeriksaan kesehatan bapak dan ibu di mulai. Ibu menjalani RMI dan ternyata ibu pernah kena stroke ringan. Sebelumnya di RS negeri sendiri selalu diberikan obat selama berbulan bulan hingga jelang 1 tahun namun keluhan tak kunjung hilang. Tangan kanan ibu kesemutan dan baal. Dokter spesialis syaraf pun hanya melatih gerak tangan dan memberikan obat. Ntah obat apa. Hari itu terjawab sudah, ternyata ada tanda ke arah stroke namun masih digolongkan ringan. Dokter Malaysia hanya berpesan jangan sampai serangan II, nanti bisa mengakibatkan kelumpuhan total. Saat dikonfirmasi cara agar tidak terkena serangan mematikan itu, dokter memberikan solusi cara hidup sehat dan obat. Jumlah obat yan diberikan tidak banyak, sekitar 3 jenis untuk 6 bulan.
Pemeriksaan pada bapak lebih menimbulkan kejutan. Saat dokter menanyakan kenapa bapak diberikan obat jantung, saya justeru malah bertanya kenapa ada pertanyaan itu. Dokter menjawab bahwa bapak tidak mengidap sakit jantung, dan ia heran karena dosis obat yang diberikan malah over. Sudah tidak sakit jantung, tapi dikasih obat jantun dengan over dosis. Saya sempat jelaskan kronologi pertambahan konsumsi obat bapak, beserta analisa bahwa side effect dari satu jenis obat di'tawar'kan dengan obat lainnya. Begitupun jika ada side effect dari obat lainnya. Rupanya dokter ini membenarkan analisis saya. Penjelasan di buku MIMS yang memuat kandungan obat turut saya garis bawahi, tanpa melihat merk. Rasanya puas sekali berdiskusi dengan dokter dokter ini. Meski pun rata rata pendidikan mereka spesialis tapi mereka membuka peluang interaksi dengan pasien. Hal yang sulit didapat di negeri sendiri. Obat yang diberikan untuk dikonsumsi bapak terdiri dari 5 jenis. Dokter memberikan untuk jumlah obat untuk konsumsi 6 bulan. Bila sudah habis bisa menebus lagi dengan tetap mengikuti standar pemeriksaan lanjutan. Pada bapak, telah terjadi penurunan fungsi ginjal. Bisa diakibatkan konsumsi obat yang melebihi dosis dan tidak tepat sasaran, kurang lebih demikian pendapat dokter di RS tersebut.
Kejadian di Malaka adalah second opinion saya memandang suatu masalah kesehatan. Rasa gusar itu membuat saya mempelajari banyak hal terkait literatur stroke dan diabetes melitus. Kesimpulan sederhana terkait penyakit ini di awal adalah : Stroke terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah di otak hingga stroke akibat pecah pembuluh darah di otak, kemungkinan penyembuhannya melalui pengobatan medis hingga alternatif. Sedangkan Diabetes mempunyai beberapa tipe . Jenis obat yang dikonsumsi juga menjadi perhatian termasuk pola hidup (lebih khusus nya makan). Pada akhirnya saya membuat medical record bulanan trerkait tensi, ureum, kreatinin untuk bapak, dan jenis makanan yang dikonsumsi.
Penerapan konsumsi obat dari RS Malaysia juga menjadi perhatian. Bagi ibu, rasa kesemutan dan baal tak ada pengurangan namun tidak mengalami penambahan juga. Begitupun fluktuasi tensi yang masih terjadi. Bagi bapak, tensi, kesulitan tidur, angka kadar gula darah, ureum dan kreatinin, dan gangguan (kabur) penglihatan tidak mengalami perubahan ke arah normal secara berarti. Melihat itu semua, saya mulai mengarahkan alternatif solusi untuk ini. Tidak mungkin bapak dan ibu kenyang makan (minum) obat setiap hari, demikian keputusan lanjut untuk tindakan berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar