Hidup adalah Kualitas

Selasa, 21 Juli 2020

PENGOBATAN ITU BERAKHIR DIMANA ?
Bila pertanyaan itu muncul, tak sedikit dari kita menjawab pengobatan itu berakhir di kesembuhan. Benarkah demikian ? Guru saya yang lain atau lebih enaknya saya sebut pak Afzan yang enak diajak bercerita, mengungkapkan dari sisi spiritual, menyinggung ini dalam konteks pemahaman lain. Sebuah pertanggungjawaban. Apa itu ?
Dari sedikit perjalanan pengobatan tanpa alat, tanpa obat, tanpa operasi, dan tanpa jimat, saya menggabungkan pemahaman spiritual itu pada titik temu yaitu KEYAKINAN PADA AR RAHMAN & AR RAHIIM NYA ALLAH SWT. Saat seseorang sakit, sebenarnya saat itu ia berhadapabn pada haqqul yaqin-nya ia pada kuasa Sang Pencipta. Keyakinan pada kebaikan yang ada pada Sang Pencipta. Pada saat sakit seseorang bisa oleng pada hal tersebut. Tidak peduli apakah ia sakit secara fisik ataupun sakit secara non fisik (psikologi atau gangguan jin). Hal sederhana adalah ketika perbuatan yang dilakukan nya menjadi doa tanpa disadarinya.
Tak jarang kita bertemu pada pasien yang berikhtiar pada makhluk dan berharap kesembuhan pada nya. Sungguh itu menciderai makna pencipataan manusia itu sendiri. Karena tiada kekuatan di diri makhluk ciptaan Nya. Atau pada saat lain, kita menemukan ikhtiar kesembuhan pada penggunaan material material tak berujud atau dalam wujud yang disebut jimat. Semoga kita dijauhkan dari itu semua. Aamiin YRA.
Namun perbincangan dengan pak Afzan lebih dari itu, bahwa pada diri manusia itu sendiri saat penciptaan sudah mengakui bahwa Allah SWT sebagai illah yang diakui. Pengakuan di alam pembentukan. Jadi, sejatinya manusia itu harus siap menerima ketentuan Allah SWT. Ikhtiar wajib, namun kesiapan menerima hasil yang tidak sesuai harapan juga wajib, karena nya CINTA TANPA SYARAT PADA ALLAH SWT itu jadi kunci HUSNUL KHOTIMAH. Ini juga lah yang mendasari perbincangan kita pada pasien pasien (Guru) yang kita temui. Pun kita mengedukasi diri kita sendiri.
Ada beberapa kasus yang tidak berujung pada kesembuhan fisik, namun keberhasilan merekonstruksi hati untuk meyakini CINTA TANPA SYARAT pada ALLAH SWT itu jauh lebih penting pada awal terapi sebagai dasar kesembuhan atau hingga berakhir nanti ketika kematian menjemput walau tidak sesuai harapan. Semoga ikhtiar ini membantu kita untuk dapat husnul khotimah. Sesungguhnya Allah SWT telah menyampaikannya betapa para nabi dan rasul telah melakukan itu. Nabi Ayub dengan sakit yang luar biasa dapat tetap mengucapkan alhamdulillah, hingga waktunya Allah SWT menaikkan derajatnya ke tempat yang lebih. Atau Nabi Muhammad saw yang melarang Jibril menimpakan gunung ke penduduk Thaif akibat menganiaya Rasulullah saw. Nabi Muhammad saw menerima itu semua dengan keyakinan akan Ar Rahman & Ar Rahiim Nya Allah SWT.
Pak Afzan hanya menyampaikan, bahwa tujuan akhir itu bukanlah harapan kita tapi ketentuan-Nya. Dan ketika ikhtiar sudah dilakukan terimalah ketentuan-Nya sebagai bagian dari Ar Rahman dan Ar Rahiim Nya tanpa syarat. Sungguh saya merasa sangat beruntung sekali dapat dipertemukan dengan orang orang hebat yang dapat mendekatkan diri saya ke Allah SWT. Pak Afzan bercerita tentang doanya yang sederhana : "jadikanlah aku menjadi orang yang pandai bersyukur, jadikanlah aku menjadi orang yang mencintai-Mu dan Engkau pun meridhoiku bermanfaat bagi banyak orang, dan jadikanlah aku orang yang dapat memperbaiki diri dari hari ke hari hingga Engkau memanggilku dalam keadaan husnul khotimah." Akhir kata, saya bersyukur pada Allah SWT yang telah mempertemukan saya dengan orang orang hebat yang selalu mengingatkan dan dapat membuatku dekat pada Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar