Hidup adalah Kualitas

Selasa, 21 Juli 2020

SETIAP HARI ADALAH KEBERUNTUNGAN
Seperti hari hari lainnya, keberuntungan yang Allah SWT berikan terasa sekali. Alhamdulillah. Dua hari sebelum itu, di rekomendasi untuk ikut free zoom mas Ipho Santosa. Saat di tanya Admin darimana saya bisa masuk link WAG tersebut, saya sampaikan karena dari sahabat baik saya. Wajar Admin bertanya ke saya, karena itu WAG bukan berada di wilayah saya. Saya sampaikan bahwa saya ingin membentuk komunitas produktif di lingkungan mesjid. Admin meng-approve keinginan saya.
Pada hari zoom meeting yang berjudul Giant Step, sebanyak 1000 peserta online, terasa membuat rasa ingin tau semakin besar. Bisa jadi karena label mas Ipho Santosa adalah motivator 5 benua. Atau karena judulnya. Entahlah, tapi saya merasa akan ada hal baru dalam konten motivasi nya kali ini. Dan...ternyata memang benar ! Bagi seorang muslim menghormati orang tua adalah kewajiban. Dalam suatu hadis dinyatakan bahwa penghormatan kepada ibu sebanyak 3 kali, sedangkan pada ayah sebanyak 1 kali. Lalu dimana bedanya ?
Yuk kita pahami ini. Benarkah harus membedakan perlakuan terhadap ibu dan ayah. Dalam satu sisi, di dalam Al Quran dinyatakan bahwa posisi seorang ayah adalah pemimpin dan tiap-tiap pemimpin bertanggung jawab atas orang yang dipimpinnya. Jadi, ini mempunyai arti pertanggungjawaban yang akan dibawa sampai 'mati' atas hasil kepemimpinannya. Bukankah itu hal tidak ringan ? Tidak sederhana ? Bahkan seorang ayah perlu menahan pedih dan tangis dalam memenuhi tugasnya sebagai kepala keluarga ? Bukan karena tidak mempunyai rasa pedih, bukan tidak mempunyai air mata...tapi pada diri seorang ayah lebih menampilkan sikap ketegaran dan kekuatan. Sikap yang bertolak belakang dengan ibu yang tampil penuh kelembutan dan kasih sayang. Ayah akan lebih memilih sikap diam, saat melihat anaknya menangis, bukan karena dia tidak simpati atas suatu hal yang dialami anaknya atau...bukan karena ia tak punya rasa empati, tapi ia lebih pada realitas yang mengedepankan solusi.
Allah SWT menciptakan sikap seorang ayah yang diimbangi dengan sikap seorang ibu. Allah SWT membuat kedekatan seperti itu untuk menguatkan seorang anak atas ketegaran, kekuatan, ketegasan, dan kemandirian. Lalu, apa hubungannya dengan Lompatan Besar itu ? "Giant Step" itu ? Apa itu berhubungan dengan masalah dunia ? atau masalah akhirat ? atau masalah dunia yang terhubung dengan akhirat ?
Pertanyaan itu, melontarkan saya ke belakang ke masa silam. Saat almarhum bapak masih ada. Saat itu, bapak masih bekerja di Pertamina Dock. Kami pun pindah di Kota Dumai, yang saat itu masih sangat sepi. Saya bermain di sawah, menikmati banjir, mancing ikan gabus, sepat, tepuyu, hingga bermain di kebun karet. Sesekali perjalanan bandel saya bersama mas mengikuti teman teman melayu kami...bermain di tepi sungai. Permainan ini tentu saja membuat jantung orang tua saya berdegup kencang, karena saat itu buaya di sungai masih berkeliaran. Kalau pulang, kami berdua habis di keramasin ibu sampai berkali kali karena bau, tapi...ya namanya anak kecil selang beberapa minggu lupa lagi. Pernah satu waktu, saya bermain hingga magrib, saat bapak pulang tidak menemukan saya terjadilah 'saat' dimana saya berubah. Pulang bapak menghabisi semua permainan 'kartu-kartu'an yang bikin lalai itu. Cuma karena satu hal, saya lupa mengaji dan sholat. Sampai ibu yang menyabar-nyabarkan bapak. Pun saat bapak mengajari matematika saya saat kelas 4 SD, pikiran saya ke permainan kartu itu (saya selalu menang kalau main beginian, he he he), saya tidak bisa menjawab bahkan untuk logika sederhana saja. Biasa nya saat bapak sudah pegang sendal...untuk 'menepuk' saya, ibu menahannya. Ibu setia mendampingi. Perpaduan yang luar biasa.
Pemahaman posisi bapak dan ibu, makin terasa setelah saya sudah mulai masuk alam berpikir. Dimana bapak dan ibu mengajak bercerita dan diskusi masa depan kami. Di meja makan atau setelah makan, di halaman rumah kami sering membincangkan apa yang telah kami lalui secara bersama sama...dibawah sinar bulan atau bintang dengan secangkir kopi atau sepoci teh ditemani pisang goreng atau ubi goreng dimasa lain atau ubi rebus dengan sambal terasi di lain waktu.
Saya ingat, sewaktu bapak mengajak saya dan mas membuat sumur bor. Lain waktu bapak mengajak kami ikut memperbaiki mesin kapal. Lain waktu menerima jahitan pakaian silat dan lain lain. Pekerjaan itu dilakukan di luar jam kerja. Rupanya bapak memberikan penjelasan tanpa perkataan, tapi lebih pada perbuatan. Ibu membantu bapak saat melakukan 'sum' pakaian. Ibu biasa mengajak mbak untuk memasak, mencoba segala macam resep.
Apa yang dijelaskan mas Ipho terasa mengena sekali dengan peran ayah yang disampaikannya. Rupanya masalah Giant Step itu terkait bagaimana kita selaku anak menempatkan penghormatan itu ke ayah. Dengan peran ayah yang demikian besar, setidaknya penghormatan yang diberikan pada beliau hendaknya dilakukan dengan baik dan setulus mungkin. Bahkan setelah beliau tiada. Bagaimana caranya ? Jadikanlah diri kita sebagai ladang amal bagi beliau. Kedua orang tua kita. Jika kita menerapkan suatu pengetahuan ke arah kebaikan yang di ridhoi-Nya, alhamdulillah itu jadi satu kebaikan. Namun bila kebaikan itu kita ajarkan pada banyak orang, maka semua kebaikan yang kita ajarkan itu menjadi amal jariyah kita dan berimbas kepada amal kedua almarhum orang tua kita. Allah SWT akan membukakan semua pintu kebaikan bagi kita dan orang tua, solusi bagi hidup kita, dan insya Alloh kita juga akan mempunyai anak yang berbakti pada kita dan Allah SWT.
Pada Giant Step ini, mas Ipho Santosa membuat lingkaran 3A sebagai gambarannya, dimana lingkaran inti adalah Allah SWT & Rasul yang dilingkari oleh lingkaran kedua : Anak & Keluarga, lalu dilingkaran terluar yang membungkus anak & keluarga adalah amal jariyah. Perbanyaklah amal jariyah dengan berbagai macam cara. Itu lah kebaikan yang mengalir buat orang tua kita, dan itu juga lah menyebabkan terjadinya Giant Step dalam hidup kita atau bisnis kita.
DAN JANGAN LUPA BAHWA ALLAH SWT TELAH MEMPERCAYAKAN AYAH UNTUK MEMILIH IBU TERBAIK BUAT KITA
Alhamdulillah yaa Alloh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar