Hidup adalah Kualitas

Selasa, 21 Juli 2020

PERTEMUAN , PEMBELAJARAN, DAN PERPISAHAN 01
Saya selalu mempercayai bahwa setiap pertemuan adalah pembelajaran, dan perpisahan adalah suatu kepastian (sunnatullah). Begitupun selama masa menemani orang tua menjalani pengobatan, kami selalu mencari solusi yang terbaik buat beliau. Takdir bicara diluar kehendak kami, tetaplah ketentuan Allah SWT sebagai yang terbaik buat kami. Beliau dipanggil dalam tautan tahun yang tidak terlalu jauh.
Saya pribadi tetap concern mencari alternatif pengobatan untuk masalah penyakit yang 'dikatakan' sulit penyembuhannya itu. Diabetes, darah tinggi, jantung, dan stroke. Ada gelar seperti 'mother of desease' ditambah lagi 'cerita seram' bahwa diabetes mempunyai jalur keturunan. Pun darah tinggi, sekali minum obat seterusnya akan minum obat.
Jelang tahun 2019 akhir, saya dikenalkan secara tidak sengaja metode pengobatan yang mengambil dasar basis qur'an. Sebenarnya informasi ini bukan ditujukan ke saya, melainkan jamaah yang sedang mengerjakan pemasangan plafon mesjid. Karena saya selalu berada di mesjid saat pelaksanaan pekerjaan maka saya memperoleh informasi ini. Seketika saya tertarik, karena ini adalah penguatan pengetahuan agama plus kesehatan. Di Al Quran dinyatakan bahwa setiap penyakit ada penawarnya. Untuk mencari penawarnya kita lalu berpusing pusing hingga tujuh keliling, padahal di sisi lain dinyatakan pula bahwa Al Quran menjadi petunjuk bagi orang orang beriman. Relasi ini yang tidak semua orang mampu membukanya. Pembawa berita ini juga bercerita tentang anaknya yang tidak bisa duduk dan selalu menangis dalam usia balita, setelah diterapi menggunakan metode ini, alhamdulillah Allah SWT izinkan kesembuhannya. Wah, ini sungguh suatu anugerah bagi saya. Namun, kegiatan kerja di mesjid belum memungkinkan saya meninggalkannya. Saya cuma bisa berdoa agar ada kesempatan berikutnya yang diberikan Nya, meski saya tidak tau kapan.
Kabar gembira itu sampai, akhir Februari 2020, ada pembukaan kelas yang dilaksanakan di Bandung. Alhamdulillah, saya bisa mengikutinya dengan support dari mas. Perjalanan jauh itu rupanya membawa banyak berkah. Sesampainya di Bandung, saya dijemput oleh mbak dan ponakan. Alhamdulillah jam 23 saya dikontak peserta terapis lain yang menyatakan bisa tinggal bersama nya selama proses pelatihan. Alhamdulillah. Rupanya rezeki besar yang Allah SWT berikan makin bertambah. Kenalan baru saya ini seorang dokter tinggal di Palembang. Saat akan mandi dia malah membuka koper mengeluarkan dua butir jeruk nipis dan pisau. Awalnya saya tidak perhatian, saya kira untuk hal membuat minuman. Namun, saat mengambil handuk saya tidak melihat ia membawa sabun, sampo, atau pasta gigi. Akhirnya timbul juga pertanyaan. Rupanya ia menggunakan jeruk nipis itu untuk mandi, sampo, dan pasta gigi. Jlebbbb, model apa lagi ini ?
Selesai mandi, akhirnya kami berbincang. Sang dokter mengatakan bahw ia tidak bisa mengkonsumsi nasi karena akan berakibat pada bau badan yang luarbiasa. Ia juga tidak bisa menggunakan sabun, shampo, dan pasta gigi. Semua akan berefek pada gatal, kulit dan guci yang pecah. Karena nya ia ingin mengikuti pelatihan terapis ini, untuk tau sebab penyakit dan solusinya. Ia pun menanyakan alasan saya ikut. Saya sampaikan, saya hanya mencari jawaban atas perjalanan hidup saya untuk masalah kesehatan yang dialami orang tua saya, isteri saya, dan anak-anak saya. Saya juga bercerita mengenai sahabat saya yang terkena sandwidch burger syndrome, tanpa ada penyelesaian medis. Ada masalah di pengobatan medis yang tidak bisa menjawab itu. Ia pun membenarkan itu, penyakit itu tidak diketahui sebab dan solusinya, kecuali potong bagian tubuh yang terkena. Ini pertanyaan besar.
Pada kesempatan pembelajaran, kami menuju ruangan pelatihan. Sungguh luar biasa, ternyata ada 500 an peserta yang berasal dari berbagai provinsi di Indonesia dan juga dari luar negeri seperti Malaysia dan Australia. Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan pelatihan yang dikomandani oleh UHM langsung. Pengenalan sistem tubuh, dasar diagnosis, keseimbangan, hingga solusi menjadi tema yang membuka banyak cakrawala solusi kesehatan bagi kami. Dengan moto tanpa operasi, tanpa alat, tanpa obat, dan tanpa jimat, tampak menjadi makin masuk ke logika penyembuhan. Terlempar lah saya pada kasus penanganan penyakit bapak dan ibu, yaaa Alllooh...rupanya akar masalahnya tidak tertangani dalam konsep medis, namun saya ikhlas...semoga kejadian seperti ini tidak berulang di orang lain.
Selesai acara, keinginan saya berbincang dengan UHM yang selanjutnya saya sebut sebagai gurunda tampaknya sulit sekali. Bahkan sampai sesi foto bersama, semua rebutan, dan panitia membatasi. Saya hanya berada di belakang beliau. Persis. Sempat menyalami, namun tidak untuk bicara. Saya berharap bisa bertemu kembali.
Sebelum pulang saya menyempatkan diri ke rumah mbak mengobati vertigonya, ke rumah mas mengobati syaraf terjepitnya, juga pada ponakan yang terjatuh dari lantai 2. Alhamdulillah semua clear. Sesudah itu saya meneruskan perjalanan pulang. Sesampainya di rumah, saya merasa perlu membedah banyak kasus, sehingga tidak menangani pasien langsung. Dalam ratusan kasus itu baru kesimpulan praktek lapang itu bisa dimunculkan. Alhamdulillah, ilmu dari gurunda UHM sangat bermanfaat sekali. Semoga menjadi amal jariyah bagi beliau. Selanjutya saya mengikuti beberapa kelas upgrading, untuk menambah keakuratan penanganan pasien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar