Hidup adalah Kualitas

Selasa, 21 Juli 2020

Kenikmatan Tertinggi
Pada sebagian orang mungkin akan memberikan jawaban yang hampir sama jika ditanya apakah kenikmatan tertinggi yang engkau inginkan saat hidup di dunia. Jawaban itu mungkin hidup sehat, hidup senang, punya banyak harta, dihormati, punya kekuasaan, jabatan, kebahagiaan yang tak terbatas. Baru itu nikmat.
Kalau berkaca dari Nabi dan Rasul, jawaban itu akan terukur kebenarannya. Tapi kita akan berkilah, itu kan Nabi / Rasul bro...kita jangan munafik lah...kita butuh ini itu. Kalau berkaca dari kehidupan para sahabat, ternyata itu pun tak mengarahkan kita berpikir bagaimana harusnya kita bersikap untuk mengukur kenikmatan yang hendak kita dapat. Padahal Nabi saw menetapkan Al Quran dan hadist sebagai pedoman yang menjamin kebahagiaan hidup.
Konfrontasi nilai kehidupan akan terjadi bila kita tidak kembali ke standar ukuran. Bagi muslim pedoman pokoknya sudah jelas. Rahmatan lil alamiin itu hasilnya jika dipenuhi secara kaffah, bukan sekedarnya. Tapi, untuk menjalankan kaffah itu butuh keberanian. Untuk menjalankan kaffah itu bukan sekedar ikut ikutan. Untuk kaffah itu jadi tujuan. Berat ? Bisa jadi, kalau sandarannya ke manusia, atau kalau sandarannya ke hukum lain (sandarannya bukan Allah SWT). Kalau saya katakan bahwa sandarannya harus Al Quran dan hadist sesuai keyakinan yang saya anut, bukan lainnya ? Ehhhmmm...akan muncul pertanyaan, "eh loe sudah radikal ya ?". Senyumin aja...gak usah terlalu dibahas jika memang gak bisa dikasih pencerahan.
Kita cukup berdoa ke Allah SWT semoga selalu diberikan hidayah, dikuatkan untuk istiqomah di jalan Nya. Jawaban Allah SWT kepada kita akan diberikan lewat berbagai cara, yang bisa jadi tidak terpikir oleh kita. Yang mungkin juga tidak biasa, yang mungkin saja bukan dari orang yang kita kenal, yang mungkin saja dari orang yang terlihat biasa biasa saja. Kok bisa gitu ? Ya, karena semua atas kehendak-Nya. Selaku Penguasa Alam Semesta.
Sebagaimana saya tuliskan pada catatan saya sebelumnya : Setiap Hari adalah Keberuntungan, dan Pertemuan, Pembelajaran, dan Perpisahan,...kiranya Allah SWT menitipkan pesan hidayah pada setiap peristiwa. Pun, perkenalan saya dengan metode pengobatan tanpa operasi, tanpa alat, tanpa obat, dan tanpa jimat ini yang membawa saya mengenal sang founder sebagai UHM. Sosok ini membawa keyakinan yang cukup kuat untuk membuat solusi bagi umat.
Pemahaman pemahaman yang sudah berurat akar sebagai masalah di dunia kesehatan berhasil di selesaikan dengan logika al quran. Sungguh saya merasa takjub, bahwa beliau diberi kemudahan oleh Allah SWT. Bagaimana bisa ? Hal yang sama, di kita semua, ayat yang terpampang di Al Quran itu adalah keseharian...namun KITA TIDAK MAU BERPIKIR. Di tangan beliau jalan kesembuhan adalah MEMUNGKINKAN DENGAN IZIN ALLAH SWT. Pertanyaan saya terus berputar, bagaimana beliau bisa menganalisis secara dalam ayat itu adalah solusi ?
Rupanya Allah SWT berkenan memberikan penjelasan tentang kemampuan UHM tersebut, melalui sahabat nya...muridnya. UHM adalah sosok yang penuh ketekunan mengejar ilmu pengobatan ke mana mana. Berbagai macam terapi penyembuhan pun sudah beliau jalani. Kesungguhan ini membuat beliau terus mencari, pun di Al Quran hingga beliau menemukan bahwa belajar kesehatan dari orang sakit belajarlah dari kisah Nabi Ayub as, dan belajar kesehatan dari orang sehat belajarlah dari Nabi Muhammad saw. Masya Allah...sudah berapa sering kita mendengar kisah Nabi Ayyub as ? Kisah Nabi Muhammad saw ? Namun tak terbersit inspirasi solusi diambil dari situ. Allah SWT berkehendak semua solusi muncul satu per satu dari Al Quran melalui UHM. Tekad UHM meriset Al Quran bukan main main, solusi itu menggurita, tidak hanya kesehatan tapi juga hal lainnya.
Kalau ini jadi bisnis ??? Wowww ...tinggal set harga dan lain lain selesai sudah. Impian kebanyakan orang bisa direalisasikan beliau. Tapi apa yang beliau sampaikan, dan saya ketahui setelah berpulangnya beliau, sungguh membuat saya takjub. Ini hanyalah salah satu pembelajaran beliau yang membuat saya takjub :
"Ada satu kenikmatan tertinggi yang Allah berikan pada saya, yakni Allah cabut kebutuhan saya atas dunia".
Rupanya pembelajaran dari beliau tidak hanya masalah ilmu terapi melainkan ketundukan pada Rabb, yang ternyata bukan hanya di bibir saja. Beliau sudah mencontohkan banyak hal dalam kesungguhan penerapan ucapan dan perbuatan.
Semoga semua ilmu yang diberikan menjadi amal jariyah, gurunda UHM, semoga husnul khotimah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar