Hidup adalah Kualitas

Selasa, 21 Juli 2020

Setiap pertemuan adalah pembelajaran, pembelajaran pun dapat diambil dari perpisahan. Karenanya sudah selayaknya setiap hari adalah keberuntungan. Demikian pesan dari guru. Kalau di Al Quran lebih sederhana bahasanya BERBAIK SANGKA KE ALLAH SWT.
Tidak mudah memang, apalagi bagi orang tak berilmu seperti saya. Tiap hari adalah keharusan perbaikan diri. Semoga Allah SWT memberik ke-istiqomah-an untuk ini. Melewati perjalanan hidup yang ideal itu ada dalam kisah para Nabi dan orang saleh sebagaimana di muat dalam Al Quran.
Pun, dalam penyampaian masalah kesehatan dan penyembuhan. Adalah suatu kenyataan yang disadari atau tidak, pasien memandang metode penyembuhan lebih cenderung pada proses biokimia sedangkan secara harfiahal quran menyatakan proses ke arah biomekanik. Tentu hal ini akan menjadi perdebatan panjang, baik disisi terapis dan pasien. Meskipun adalah hal yang mutlak bahwa Al Quran adalah sumber / tuntunan hidup namun tampaknya tak semudah itu membuat 'pandangan baru' ini diterima. Bahkan sebagian besar umat, tetap bahagia dengan 'kesembuhan' penyakit melalui konsumsi obat kimia. Autoimun, diabetes, jantung, aritmia, darah tinggi dan sebagainya adalah contoh dimana pasien mengkonsumsi obat kimia secara kontinyu.
Beberapa hari lalu, saya bertemu dengan pasien kecil saya 'Guru Skoliosis' secara tak sengaja. Melihatnya dari jauh berlari lari dengan punggung belok ke kanan, dengan selingan jatuh. Jauh lebih parah tekukan di tulang belakang nya...membuat rasa tersayat di hati ini. Penuh pertanyaan, kenapa masih kondisi seperti ini, kalau tidak boleh dikatakan bertambah parah. Suatu keberuntungan ketika ia lewat didepan saya, dengan cepat saya tangkap dan gendong dia. Benar, rupanya ada tambahan lengkung di punggung nya dibandingkan saat pertama ia saya terapi.
Keberuntungan nya adalah saat saya bertemu dengan ibunya. Pertanyaan yang meluncur pertama adalah konsistensi nya saat melaksanakan pekerjaan rumah untuk menerapi 'sang guru'. Rupanya sang ibu tak sampai hati melihat ia 'diterapi bedong'. Tangisan itu mengalahkan keinginan nya untuk menerapi 'sang guru'. Saya sampaikan, bahwa pilihan lain yang tersedia akan makin sulit untuk penyembuhannya. Pembicaraan berputar ditempat tanpa ada keputusan pelaksanaan pekerjaan rumahnya.
Pulang ke rumah, saya masih terbayang tubuh kecil 'sang guru' yang berlari dengan badan miring ke kanan. Bermain bersama kawan-kawannya dengan riang...bangkit dengan mengatakan 'eh...jatuh lagi'...lari lagi lalu ia berkata 'eh ...jatuh lagi'. Yaaa Alloh..dia adalah masa depan umat, namun saat itu terlintas ingatan bahwa tugas saya cuma menyampaikan. Hasilnya biar Allah SWT yang tentukan.
Terima kasih yaaa Alloh untuk pertemuan yang mengingatkan kekuranganku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar